Aldi74's Blog











{August 2, 2010}   Pakaian tradisional Aceh

Peta budaya Aceh Barat adalah wilayah pesisir bagian barat propinsi Aceh yang dewasa ini meliputi 2 kabupaten luas yakni Aceh Barat dan Aceh Selatan. Dua kota yang berkembang di daerah tersebut adalah Tapaktuan, ibukota Aceh Selatan dan Meulaboh ibukota Aceh Barat. Meulaboh, dimasa lalu menjadi bandar yang cukup ramai didatangi oleh para niagawan manca negara. Mereka membawa serta aneka keterampilan serta kebiasaan yang memperkaya budaya setempat sehingga tampil sebagaimana dewasa ini dikenal dengan gaya Aceh Barat. Oleh karena itu masyarakat Aceh Barat (dan Selatan) memiliki ciri tersendiri dalam ungkapan budayanya dibandingkan dengan kawasan Aceh lainnya. Sementara itu produk-produk asli yang merupakan bagian utama dari ungkapan budaya masyarakat tampak pada ukiran kayu, pembuatan senjata tajam, seni kerajinan sulam benang emas, sulam perca dan tenunan sutra.
Meulaboh dan daerah-daerah sekitarnya seperti Bubon dan Lamnau merupakan pusat-pusat kerajinan sulaman yang amat terkemuka untuk baju adat perkawinan dan terkenal dengan sebutan bajee cop meulaboh.

Detail kopiah mukeutop Aceh Besar dan pinggir krah boy meukasah yang dihiasi dengan corak sulaman emas. Detail hiasan-hiasan dada, pinggang dan tangan pada busana wanita, upacara adat Aceh Besar yang terdiri atas kaluny bahru (leher). taloesusun Ihee (dada) dan taloe keuing (pinggang). Pergelangan tangan dihias oleh yleung pucok reubany (gelang pucuk rebung).

Sebagaimana dengan daerah-daerah Aceh lainnya, masyarakat serta adat Aceh Barat berangkat dari ketaatan yang kuat pada agama Islam. Peranan agama Islam membentuk kebudayaan Aceh Barat sebagai kebudayaan Islam ditengah-tengah perbaurannya dengan pengaruh-pengaruh luar dan pada gilirannya menjadi agama dan budaya semua kelompok yang ada disitu.

Jenis-jenis pakaian adat Aceh Barat
Pada masa larnpau pelapisan status sosial yang ada di masyarakat menyebabkan busana-busana adat Aceh Barat tampil dalam beberapa variasi yaitu pakaian :

1. Ulee Balang untuk raja beserta keluarganya
2. Ulee Balang Cut dan Ulama
3. Patut-patut (pejabat negara), tokoh masyarakat clan cerdik pandai
4. Rakyat jelata

Dimasa kini walaupun masih ada aspresiasi dari masyarakat , khususnya terhadap para pemegang gelar kebangsawanan atau jabatan masa lalu, pelapisan sosial berikut- tatabusananya sudah amat jarang ditemui. Busana yang menonjol dewasa ini adalah yang dikenakan pada upacara adat perkawinan, khususnya akibat munculnya kembali apresiasi terhadap budaya ash daerah akhir­akhir ini.

Busana adat perkawinan – Linto Baro
Linto Baro, mempelai pria mengenakan perangkat busana yang pada hakekatnya terdiri.dari tutup kepala, baju, celana, kain sarung,­senjata, sepatu clan hiasan-hiasan aksesoris lain.
Tutup kepala adalah meukutop dililit oleh tengkulok clan tompok dari emas. Tangkulok terbuat dari kain tenunan, sedangkan tampok (tampuk) berupa hiasan berbentuk binatang persegi 8, bertingkat clan terbuat dari logam mulia atau sepuhannya.

Baju, atau dalam bahasa daerah baje, berupa jas terbuka berkancing dua, disebut baje kot dengan hiasan-hiasan kecemasan pada krah yakni sulu bayung. Disaku baju disematkan rantai emas berujung arloji. Dibagian dalam baju dikenakan kemeja tangan panjang berwarna putih. Gaya baje lainnya adalah berbentuk jas tutup berkancing lima. Hiasan sulu bayung tersemat di dada membentuk huruf v, lengkap dengan rantai arloji. Gaya baje ini tidak berbaju dalam putih sebagaimana pada baje jas terbuka.
Celana dalam bahasa daerah disebut siluweue, berbentuk runcing kebawah, terbuat dari kain wol serupa dengan baju (jas). Sarung, istilah daerahnya adalah ija krong, terbuat dari sutera dalam teknik songket, umumnya dengan warna dasar gelap.
Senjata yang disandang adalah rencong atau siwah berkepala emas atau perak yang berukir clan bertahtakan permata.

Sepatu, berwarna hitam sedangkan aneka aksesoris terbuat dari emas antara lain talo takue, sejenis kalung pada leher.

Perhiasan pada bagian kepala meliputi sunting-­sunting keemasan yang amat dekoratif clan terdiri atas berbagai bentuk flora yang disebut culok. Culok Dara Baro, mempelai wanita, memakai perangkat busana yang lebih rumit dari mempelai pria, mulai dari berbagai perhiasan kepala, baju, celana, kain sarung, selendang, tali pinggang serta aksesoris­aksesoris lainnya pada leher dan jari ini memiliki namanya masing-masing seperti culok ok bungong, got-got, bungong sunting clan sisir. Selain itu ada juga hiasan bunga-bungaan asli, bungong pekan, seperti bungan jeumpa, bungong seulango clan sebagainya. Pada telinga terpasang subang­subang besar yang bertatahkan permata subang meukundam walaupun dewasa ini sudah amat jarang dipakai dan diganti dengan kerabu.

Dahi dihiasi phatam doi, berbentuk mahkota melingkar dari kiri kekanan terbuat dari emas berukir.
Baju terbuat dari kain bermutu, biasanya sutera, berlengan panjang dalam pilihan warna kuning, merah, hijau atau lembayung. Warna kuning biasanya dikenakan oleh keturunan bangsawan. Kancing baju terbuat dari emas atau perak, terletak pada lengan clan bagian dada. Kalung tergantung pada leher yaitu talo taku boh aron, talo gulee clan lain-lainnya, terbuat dari emas. Selain itu terdapat pula simplah,sejenis perhiasan berbentuk bintang yang terangkai oleh rantai dan digantung pada kedua pundak dalam posisi tersilang didada dan kebelakang. Celana terbuat dari sutera, berwarna hitam atau lembayung tidak serupa dengan warna baju. Istilah Aceh Barat untuk celana ini adalah siluweue meutunyong, berbentuk lurus dengan sulaman terbuat dari kain berwarna merah.

Kain sarung yang dipakai ada kain ija plang dan ija lunggi, yang dililit di luar baju dari pinggang sampai sejengkal di atas ujung celana sehingga hiasan pada celana masih tampak. Tali pinggang, sebagai pengikat kain sarung disebut talo kiing mue ulee terbuat dari emas atau perak.

Hiasan pada lengan dan dahi adalah gelang meupeuta, pucok, puta awe, berbentuk bulat, dari emas, perak atau suasa. Sedang jari-jemari tangan dihiasi cincin emas berbagai jenis bertatahkan intan berlian.

BUSANA ADAT GAYO

Wilayah “asal” sukubangsa Gayo terletak di bagian tengah daerah propinsi Daerah Istimewa Aceh. Mereka pendukung suatu kebudayaan yakni kebudayaan Gayo. Kebudayaan ini masih bisa dilihat dalam tiga variasi, yakni variasi kebudayaan Gayo Lut, Gayo Deret (Gayo Luwes), dan Gayo Serbejadi. Dewasa ini jumlah keseluruhan pendukung kebudayaan ini diperkirakan sekitar 300 ribu jiwa.

Di masa silam orang Gayo pernah mengenal bahasan busana dari kulit kayu nanit, hasil tenunan sendiri dari bahan kapas, dan bahan kain yang didatangkan dari luar daerah Gayo. Periode pemakaian nanit sudah jauh dari ingatan orang sekarang, yang konon dipakai pada masa-masa sulit di zaman kolonial Belanda atau masa sebelumnya. Kegiatan bertenun pun sudah lama tak tampak dalam kehidupan mereka, kecuali pada masa pendudukan balatentara Jepang di mana kehidupan serba sulit. Busana yang diperkenalkan di sini dibatasi pada busana sub kelompok Gayo Lut yang berdiam di Kabupaten Aceh Tengah. Uraian tentang busana atau pakaian ini termasuk unsur perhiasan atau assesorisnya yang dikenakan dalam rangka upacara perkawinan, karena di luar upacara itu tidak tampak . adanya ciri busana khas Gayo, lebih-lebih pada zaman masa belakangan ini.

Unsur-unsur pakaian pengantin wanita adalah baju, kain sarung pawak, dan ikat pinggang ketawak. Unsur-unsur perhiasan adalah mahkota sunting, sanggul sempol gampang, cemara, lelayang yang menggantung di bawah sanggul, ilung-ilung, anting-anting subang gener clan subang ilang, yang semuanya itu ada di seputar kepala. Di bagian leher tergantung kalung tangang terbuat dari perak atau uang perak tangang ringit dan tangang birah-mani; clan belgong yang merupakan untaian manik-manik. Kedua lengan sampai ujung jari dihiasi dengan bermacam-macam gelang seperti ikel, gelang iok, gelang puntu, gelang berapit, gelang bulet, gelang beramur, topong, dan beberapa macam cincin sensim belah keramil, sensim genta, sensim patah paku, sensim belilit, sensim keselan, sensim ku I. Bagian pinggang selain ikat pinggang dari kain ketawak, masih ada tali pinggang berupa rantai genit rante; clan di bagian pergelangan kaki ada gelang kaki. Unsur busana lain yang sangat penting adalah upuh ulen-ulen selendang dengan ukuran relatif lebar.



et cetera